THALASEMIAÂ bisa diturunkan dari perkawinan antara dua orang pembawa sifat. Patut diperhatikan, seseorang pembawa sifat Thalasemia secara kasat mata bisa saja terlihat seperti orang sehat pada umumnya alias tak bergejala. Penyakit ini, memang hanya bisa terdeteksi lewat pemeriksaan darah dan analisis hemoglobin.
Pengidap Thalasemia, artinya mengalami kelainan sel darah merah di tubuhnya. Kelainan pada sel darah merah tersebut, bisa mengakibatkan pengidap penyakit ini wajib menjalani transfusi darah di sepanjang hidupnya.
Secara klinis ada tiga jenis Thalasemia, yakni Thalasemia mayor, Thalasemia intermedia, dan Thalasemia minor/trait/pembawa sifat. Masing-masing jenis memiliki karakternya sendiri.
Pertama untuk Thalasemia mayor, pengidap ya membutuhkan transfusi darah secara rutin seumur hidup (2 sampai 4 minggu sekali). Pasien Thalasemia intermedia membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak rutin.
BACA JUGA :Â Pasangan Ini Gagal Nikah Gara-Gara Thalasemia, Kisahnya Bikin Haru
Sedangkan pasien Thalasemia minor/trait/pembawa sifat secara klinis sehat, hidup seperti orang normal secara fisik dan mental, tidak bergejala dan tidak memerlukan transfusi darah.
Thalasemia sendiri sejatinya bisa dicegah melalui deteksi dini. Salah satu cara untuk mengetahui seorang memiliki Thalasemia atau tidak, yakni melalui pemeriksaan riwayat penyakit keluarga yang anemia atau pasien Thalasemia, pucat, lemas, riwayat transfusi darah berulang, serta pemeriksaan darah hematologi dan Analisa Hb.
BACA JUGA :Â Cegah Thalasemia pada Calon Anak, Lakukan Ini Sebelum Menikah
Seperti dikatakan dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, deteksi dini ini menjadi upaya memutus rantai Thalasemia.
“Deteksi dini ini bertujuan untuk mengidentifikasi pembawa sifat Thalasemia agar tidak terjadi perkawinan sesama pembawa sifat,” ujar dr. Elvieda, dikutip dari siaran media resmi Kemenkes, Selasa (10/5/2022).