BARU-baru ini viral video yang memperlihatkan kebrutalan seseorang yang menembakan senjata api ke sejumlah orang. Insiden penembakan massal tersebut terjadi di Buffalo, New York, Amerika Serikat (AS).
Mirisnya aksi penembakan ini disiarkan langsung via media sosial. Aksi penembakan dengan motif rasisme itu menewaskan 10 orang dari 13 korban . Dalam video terlihat pelaku mengemudikan mobil dan parkir di Buffalo Tops Supermarket. Laki-laki 18 tahun itu turun dari mobil dan menembak siapa saja yang terlihat. Hal tersebut mengundang banyak kekhawatiran, di mana khususnya bagi anak-anak yang sering bermain game tembak-tembakan.Â
Melihat fenomena ini, Psikolog Klinis Meity Arianty mengatakan, umumnya game dimainkan oleh orang dewasa karena dianggap sudah mampu memilah, serta mengontrol diri yang menjadikan permainan virtual tersebut sebagai hiburan. Namun faktanya saat ini, game justru dimainkan oleh remaja bahkan anak-anak.
"Banyak hal yang membuat hal tersebut terjadi. Selain karena anak sekarang lebih mudah mengakses teknologi, namun biasanya yang sering terjadi adalah karena lengahnya pengawasan orangtua," terangnya saat dihubungi MNC Portal belum lama ini.
BACA JUGA :Â Heboh Kasus Remaja Tembak Mati 10 Orang, Psikolog Ingatkan Bahaya Game Online
BACA JUGA :Â Psikolog Sebut Main Game Online Bisa Tingkatkan Kepercayaan Diri Anak Loh
Lebih lanjut, pada dasarnya peran orangtua memang sudah melakukan hal semaksimal mungkin, yakni dalam mengawasi anak-anaknya. Hanya sangat disayangkan, jika ada orangtua yang memberikan kelonggaran kepada anaknya bermain game, dengan alasan sebagai hiburan atau media mengekspresikan diri.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan tanpa mengimbangi pengawasan yang maksimal, dan seringkali orangtua menganggap sepele akan dampak game. Namun jika sudah terjadi sesuatu kepada anaknya orangtua akhirnya bingung, marah dan malah menyalahkan.