NEGARA-NEGARA Eropa memang tengah menghadapi kasus cacar monyet atau monkeypox. Cacar monyet awalnya dikenal banyak menginfeksi orang Afrika dan merupakan penyakit karena virus langka yang menular dari hewan ke manusia atau zoonosis.
Namun, beberapa negara non-Afrika seperti Eropa, Inggris, Spanyol, Portugal, Italia, Swedia, Prancis, Jerman, Belgia, Kanada, Australia, hingga Amerika Serikat menunjukkan ada kasus cacar monyet. Ahli pun menduga penghentian vaksin cacar menjadi penyebabnya.
Layaknya penyakit yang sedang ramai dibicarakan, cacar monyet pun tidak lepas dari hoax atau berita yang tidak teruji kebenarnya. Salah satunya adalah isu jika cacar monyet adalah penyakit dari kaum pelangi (LGBT).
Mendengar hal tersebut Prof, Dr. Zubairi Djoerban, SpPD KHOM, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) jika penyakit tersebut bukan dari kaum pelangi, atau gay.
"Bukan penyakit gay," ujar Prof Zubairi dalam Twitter pribadinya @ProfZubairi, Senin (23/5/2022)
Dalam utasnya di Twitter, Prof Zubairi mengatakan jika penyakit cacar monyet sudah tersebar di 12 negara dengan 92 kasus. Dengan tingkat kematian 1 persen dan penderita pulih selama 2-4 pekan lamanya.