SELAMA masa pandemi, beef culture saat ini menjadi tren di dunia kuliner. Di mana permintaan daging sapi dan domba berkualitas semakin besar, ditambah lagi dengan gaya menyantap beef yang kian kekinian seperti shabu-shabu.
Celebrity chef sekaligus mewakili Meat Livestock Australia (MLA), Chef Vindex Tengker mengatakan, beef culture dapat terlihat dari permintaan akan daging sapi berkualitas di Indonesia yang terus meningkat dan semakin menjamurnya pelaku usaha yang berfokus pada olahan daging sapi, baik di retail/reseller maupun food services.
Â
Selain itu, kata Chef Vindex, profesi sebagai butcher atau penyembelih daging juga kian digandrungi. Di mana posisi ini bisa dilakukan oleh semua gender, baik laki-laki maupun perempuan. Serta tua ataupun muda, semua bisa menjadi butcher.
"Seperti hal barista di dunia kopi, profesi butcher di dunia olahan daging sapi dapat menjadi sebuah profesi masa depan yang menjanjikan, baik bagi kaum laki-laki ataupun perempuan. Apalagi diiringi dengan semakin tingginya perhatian masyarakat perkotaan untuk memperoleh daging sapi yang tidak hanya lezat, tapi juga sehat dan sustainable," kata Chef Vindex dalam acara Jakarta Butchers' Challenge.
Lebih lanjut, Chef Vindex juga melihat, bahwa profesi ini bisa menjadi solusi yang baik untuk industri kuliner. Hal ini karena dapat menentukan profitabilitas dari penggunaan potongan daging secara optimal.
 BACA JUGA:Senang Daging Australia, Chef Vindex Tengker: Rib Eye is The Best
"Saya rasa ini dapat merubah persepsi masyarakat terhadap profesi butcher yang masih disalah persepsikan sebagai pekerjaan kasar bagi kaum pria," terangnya.