POLUSI udara Jakarta dalam beberapa hari terakhir memang dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Pasalnya, Jakarta tercatat sebagai kota dengan tingkat polusi tertinggi di dunia.
Polusi udara pun bisa menyebabkan berbagai penyakit, pada kesehatan paru dan pernapasan, polusi udara bisa berefek akut mulai dari iritasi mukosa, iritasi saluran napas atas dan bawah, peningkatan serangan asma hingga risiko keracunan gas toksik. Sementara dampak jangka panjangnya meliputi penurunan fungsi paru, kanker paru hingga kematian.
Tapi, Dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), dr. Rudy Kurniawan, Sp.PD, menyebut polusi udara juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes.
"Polusi udara dapat meningkatkan risiko diabetes melalui mekanisme peningkatan stres oksidatif, peradangan kronis," kata dia merujuk pada penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Therapeutic Advances in Endocrinology and Metabolism.
Menurutnya, polutan dapat mengganggu metabolisme glukosa dan insulin dan bahkan dapat mengganggu metabolisme lemak tubuh. Hubungan antara polusi udara dan risiko diabetes juga diperkuat temuan studi dalam jurnal Lancet Planetary Health pada Juli 2018 dan Diabetes ada Juli 2017.
Dalam studinya, asisten profesor dari University of Colorado in Boulder, Tanya Alderete, PhD, seperti dikutip dari Every Day Health menemukan, peningkatan polusi udara meningkatkan faktor risiko diabetes tipe 2 seperti penurunan sensitivitas insulin dan penurunan produksi insulin pada anak-anak yang kelebihan berat badan dan obesitas.
Seperti yang dijelaskan Rudy, polusi membawa partikel halus, termasuk logam dan racun lainnya. Beberapa ahli berhipotesis, peradangan akibat partikel halus dalam polusi udara meningkatkan risiko diabetes tipe 2.