KEMENTERIAN Kesehatan melaporkan konfirmasi kasus Covid-19 per 23 Juni 2022 sebanyak 1.907. Angka tersebut turun dari hari sebelumnya yaitu 1.985. Meski begitu, kenaikan kasus ini harus diwaspadai karena lonjakannya cukup tinggi dari minggu-minggu sebelumnya.
Kenaikan kasus yang signifikan ini jika dilihat dari kacamata epidemiologis ternyata masih dalam batas aman, mengacu pada standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu positivity rate harus di bawah 5 persen.
Â
Indonesia sendiri positivity rate-nya masih di level 3,30% per 22 Juni 2022 dengan jumlah orang yang terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 1.985 dan jumlah orang yang dites 60.147. Artinya, kenaikan kasus sejauh ini masih terkendali.
Lalu, melihat data kematian dan keterisian rumah sakit, Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga DR.dr. M. Athoillah Isfandiari menerangkan bahwa tidak ada kenaikan yang cukup berarti di dua indikator penting tersebut.
Ada alasan mengapa angka kematian dan keterisian rumah sakit tidak mengalami kenaikan di tengah lonjakan kasus saat ini. Menurut dr Athoillah, itu karena jumlah orang rentan di Indonesia semakin sedikit.
"Salah satu alasannya adalah, berdasarkan pemodelan epidemiologi yang kami lakukan di Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga, susceptible person atau orang yang rentan tertular itu tinggal 10 persen," terang dr Athoillah di webinar PB IDI, Kamis (23/6/2022).
 BACA JUGA:Naik 449, Dinkes Catat Kasus Aktif Covid-19 di Jakarta Kini 7.228 Orang
Siapa 10 persen tersebut?
Menurut dr Athoillah, mereka adalah masyarakat yang benar-benar tidak tersentuh vaksinasi atau belum pernah mengalami infeksi alami sebelumnya. Artinya, kurang lebih 90 persen masyarakat di Jawa sudah memiliki kekebalan baik dari vaksinasi maupun infeksi alami, atau double yang biasa disebut hybrid immunity.