SETIAP anak memang harus diberikan kesempatan untuk meraih mimpi mereka dengan mengenyam pendidikan yang layak. Tapi, tidak semua anak-anak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang layak, meskipun mereka berada di kota besar seperti Jakarta.
Contoh saja nasib anak Bantar Gebang yang dipaksa untuk menanggalkan sekolah dan disuruh menjadi pemulung. Tapi, meski terkesan amat kelam hidup anak Bantar Gebang, tapi tetap ada asa di sana. Terlebih saat ini ada beberapa sekolah non-formal yang didirikan di kawasan Bantar Gebang untuk memfasilitasi anak-anak itu menggapai mimpinya. Ya, setidaknya tahu bahwa hidup bukan hanya soal sampah dan sampah saja.
Ketua Sanggar Anak Kita Bantar Gebang, Yoki, bercerita pada MNC Portal bahwa hingga saat ini masalah yang dihadapi anak Bantar Gebang tak jauh berbeda dari 10 tahun lalu. Di kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terpadu (TPAST) itu, anak-anak menghadapi masalah hidup yang runyam.
Mereka bukan hanya dihadapi masalah kesehatan fisik, seperti rentan diare bahkan DBD, tapi juga masa depan yang terpasung akibat multifaktor, salah satunya kemiskinan. Hak mendapatkan pendidikan yang layak pun masih belum dipahami betul di kalangan orangtua di Bantar Gebang.
SAKA, nama populer untuk Sanggar Anak Kita, hadir di tengah anak-anak Bantar Gebang dengan harapan memberi asa dan semangat hidup. Tak hanya itu, SAKA yang sudah hadir di Bantar Gebang sejak 2000 juga mencoba menjadi pintu dan jendela bagi anak-anak Bantar Gebang melihat dunia lebih luas, dengan ilmu dan pengetahuan tentu saja.
Tapi sayang sungguh disayang, banyak orangtua di Bantar Gebang mengabaikan hak-hak utama anak seperti hak hidup, pendidikan, perlindungan, dan partisipasi. Padahal, Yoki cukup yakin bahwa hak utama yang tercukupi akan sangat memengaruhi proses tumbuh kembang si anak.
"Tantangan besar bagi kami untuk mengubah pola pikir setiap orang dewasa di Bantar Gebang bahwa anak-anak punya hak yang perlu terpenuhi demi masa depan yang lebih baik," kata Yoki melalui pesan singkat, beberapa hari lalu.
Ia pun menyoroti soal pendidikan yang hingga sekarang belum begitu jadi prioritas para orangtua. Yoki menjelaskan, sedikit sekali orangtua yang menyekolahkan anaknya hingga jenjang SMA atau SMK. Kembali, kemiskinan menjadi alasan utamanya. Para orangtua tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan anak-anak mereka ke bangku sekolah lebih tinggi.
Putus sekolah jadi pilihan yang biasa didengar di masyarakat Bantar Gebang. Anak-anak harus mengubur masa depannya karena ekonomi yang seret. Namun, tubuh tetap butuh makan, alhasil banyak orangtua menyuruh anaknya memulung.
Lingkaran setan itu terus berputar di era modern seperti sekarang. Orangtua miskin melahirkan anak, tapi tidak bisa menjamin kesejahteraan hidup si anak. Alhasil, saat si anak dirasa cukup daya dan tenaga untuk hidup mandiri, perintah memulung terucap, daripada meminta si anak berangkat ke sekolah.
Karena masalah putus sekolah ini, Yoki menerangkan, banyak anak-anak Bantar Gebang terpaksa menikah muda. Ya, mereka menikah di usia remaja dengan harapan tidak menjadi beban orangtua dan hidup mandiri.
"Tidak ada yang menguntungkan untuk masa depan si anak, bukan? Tapi begitulah realitanya di Bantar Gebang. Banyak anak remaja menikah, padahal mereka pun tidak dibekali edukasi pernikahan yang mumpuni. Apalagi perencanaan yang matang," papar Yoki.
Apakah menikah menyelesaikan masalah hidup? Kita tahu bersama jawabannya tidak. Tapi, bagi sebagian orang itu pilihan yang harus diambil demi melanjutkan hidup. Karena tidak ada bekal yang mumpuni, beberapa dari mereka bertahan hidup dengan penuh kesengsaraan dan ada juga yang bercerai setelah melahirkan. Sungguh pelik, bukan, hidup anak-anak Bantar Gebang ini?
"Sungguh disayangkan, siklus seperti ini masih terus berjalan hingga sekarang. Padahal, kami dari tim SAKA sangat yakin bahwa anak-anak adalah manusia yang perlu dimanusiakan juga. Mereka harus diberi ruang selebar-lebarnya untuk berkembang dan bermimpi," terang Yoki.
Baca Juga: Ikut Acara Offline BuddyKu Fest, Cara Jadi Content Creator Handal Zaman Now!
Baca Juga: Meet Eat Inspire, Hypernet Technologies Tawarkan Solusi PowerEdge Gen 15 Server
Follow Berita Okezone di Google News